Dulu sekali, waktu saya masih anak-anak. Saya melihat, kedua orang tua saya suka sekali di kejar-kejar debt collector. Walaupun pintu rumah seakan tiada pernah berhenti dari gedoran-gedoran dect collector. Tapi kedua orang tua saya seakan tiada pernah merasa takut ataupun terganggu. Paling kalau ada gedoran di pintu, ibu langsung berkata "bukain pintunya dulu, nanti kalau nanyain ibu, bilang ibu lagi keluar". Begitulah rutinitas yang saya jalani setiap ada gedoran pintu.
Dulu saya tidak habis pikir, kenapa kedua orang tua saya demikian sukanya berurusan dengan debt collector. Dulu saya tidak habis pikir, kenapa ayah saya kadang suka tidur dirumah saja, dan tidak pergi bekerja.
Sekarang saya sudah mulai tumbuh dewasa. Ayah, Ibu, sekarang saya semakin mengerti. Kanapa dulu ayah dan ibu suka sekali berurusan dengan debt collector. Kenapa dulu ayah dan ibu suka pinjam uang sana sini. Kenapa dulu ayah kadang tidak pergi bekerja. Sekarang saya mengerti, sekarang saya sadari. Terima kasih untuk semua yang ayah dan ibu berikan, sampai saya sekarang bisa berdiri sendiri dan menjalani hidup. Sekarang saya bisa menengadah ke langit dan merasakan asinnya garam dunia yang dulu pernah ayah dan ibu rasakan.
Saat saya menghadapi hal yang sama dengan yang dulu pernah kita jalani. Saya semakin sadar, berjuta kata terima kasih ini tak akan mampu membalas semua yang telah ayah dan ibu lakukan.
Terima kasih ayah, terima kasih ibu, terima kasih untuk semuanya. Akan saya jalani pahit dan getir dunia ini dengan kepala tegak.